Langsung ke konten utama
Entah Apa Ini Namanya

Banyak hal yang Tuhan anugerahkan kepada makhlukNya. Kaki untuk merjalan, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hati untuk merasa, dan banyak hal lain yang tidak mampu ku jabarkan satu persatu.
KuasaNya terlalu indah. Dan aku yang masih tidak mampu untuk membacanya.
PemberianNya terlalu melimpah, untuk aku yang tidak tahu malu selalu meminta.
Aku buta. Kuasa Mu saja sering kali tak mampu untuk ku terjemahkan. Aku hina. Patas apa hamba Mu ini untuk tetap berjalan diatas muka bumi yang selalu Kau Rahmati.
Aku terlalu tuli. Lima waktu ku masih saja tak seindah yang mereka lakukan. Aku terlalu hina untuk setiap amanat yang Kau sematkan kepada ku, aku tak mampu mendengar mereka.
Aku terlalu lumpuh. Tuli ku menguasai. Diam, tolak semua. Sehina inikah aku yang selalu Kau suapi rijki.
Aku tidak tahu malu. Kau memberikan ku semuanya. Namun aku hanya berjalan menunggu senja dan tertidur menunggu pagi.
Dengan semua ini, pantaskah aku yang hina ini meminta kesempatan yang kedua ?
Kau, selalu saja bukan menjadi nomer pertama, namun aku ingin Kau utamkan. Aku egois dan aku masih membanggakan keegoisan ku. Sudahlah, sudah ku bilang aku terlalu hina.
Kau bahkan tak selalu dalam hati ku, namun aku ingin aku yang selalu menjadi prioritas Mu. Ya, aku memang hina yang benar-benar hina

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Postingan pertama. Sebelumnya maaf kalau nantinya bahasa yang saya gunakan terlalu formal atau malah tidak jelas arah dan maksudnya. Mohon dimaklum saja ya. Saya termasuk orang baru di dunia bahasa. Baru nyasar. Nah itu. Tapi ya Inshaallah enjoy-enjoy saja dan terus berusaha menjadi lebih baik lagi. Oke pada postingan pertama ini saya akan menceritakan “kenyasaran” saya ini. Ini adalah keputusan yang saya buat sendiri. Dunia baru untuk saya. Keseharian saya dulu saya habiskan di rumah dan di sekolah. Anak rumahan. Orang tua saya mendidik saya dengan sangat baik. Etika, tatakrama, kesopanan, kerapihan. Ya meskipun hal-hal yang mereka ajarkan belum semuanya nampak pada kepribadian yang saya miliki. Paling tidak apa yang mereka bekali mampu menjadi pondasi bagi saya kedepannya. Back to the topic. Situasi yang saya hadapi kali ini berbeda. Saya ditempatkan pada satu lingkungan yang benar-benar tidak saya sukai. Banyak perokok, tempat yang kurang tertata rapih, kurang dalam ber