Ini adalah kisah tentang aku. Yang terdiam pasif menunggu ajal. Leluhurku mendahuluiku. Teman-teman ku, sebagian dari mereka bernasib sama dengan ku dan sebagian lagi entahlah. Kalian juga tahu mereka kemana. Tenang, kali ini aku tidak menyalahkan mu. Generasi ku, ya mereka akan bernasib sama dengan kisah-kisah kami yang seperti itu. Tidak ada yang mampu merubahnya. Keputus asaan selalu terwariskan dengan pilu. Semua hanya memeras ku. Mentang-mentang aku bisu, kalian mengacuhkan ku. Aku ingin didengar seperti kalian ingin didengar. Dimengerti seperti kalian yang ingin dimengerti. Pahamkah kalian dengan itu semua ? Ah, benar aku lupa. Kalian memang buta dan tuli. Kali ini aku berkata jujur. Kalian membiarkan aku terbakar, mati kelaparan, kehausan, dan tak memiliki tempat tinggal. Berapa hektar yang kalian sisakan agar aku mampu bertahan hidup ? tidak ada kan. Dirikan saja gedung sesuai kehendak mu, acuhkan aku yang selalu menyediakan oksigen untukmu bernafas. Biarkan aku musna
Entah Apa Ini Namanya Banyak hal yang Tuhan anugerahkan kepada makhlukNya. Kaki untuk merjalan, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hati untuk merasa, dan banyak hal lain yang tidak mampu ku jabarkan satu persatu. KuasaNya terlalu indah. Dan aku yang masih tidak mampu untuk membacanya. PemberianNya terlalu melimpah, untuk aku yang tidak tahu malu selalu meminta. Aku buta. Kuasa Mu saja sering kali tak mampu untuk ku terjemahkan. Aku hina. Patas apa hamba Mu ini untuk tetap berjalan diatas muka bumi yang selalu Kau Rahmati. Aku terlalu tuli. Lima waktu ku masih saja tak seindah yang mereka lakukan. Aku terlalu hina untuk setiap amanat yang Kau sematkan kepada ku, aku tak mampu mendengar mereka. Aku terlalu lumpuh. Tuli ku menguasai. Diam, tolak semua. Sehina inikah aku yang selalu Kau suapi rijki. Aku tidak tahu malu. Kau memberikan ku semuanya. Namun aku hanya berjalan menunggu senja dan tertidur menunggu pagi. Dengan semua ini, pantaskah aku yang hina ini m