Langsung ke konten utama
Postingan pertama.
Sebelumnya maaf kalau nantinya bahasa yang saya gunakan terlalu formal atau malah tidak jelas arah dan maksudnya. Mohon dimaklum saja ya. Saya termasuk orang baru di dunia bahasa. Baru nyasar. Nah itu. Tapi ya Inshaallah enjoy-enjoy saja dan terus berusaha menjadi lebih baik lagi.
Oke pada postingan pertama ini saya akan menceritakan “kenyasaran” saya ini.
Ini adalah keputusan yang saya buat sendiri. Dunia baru untuk saya. Keseharian saya dulu saya habiskan di rumah dan di sekolah. Anak rumahan.
Orang tua saya mendidik saya dengan sangat baik. Etika, tatakrama, kesopanan, kerapihan. Ya meskipun hal-hal yang mereka ajarkan belum semuanya nampak pada kepribadian yang saya miliki. Paling tidak apa yang mereka bekali mampu menjadi pondasi bagi saya kedepannya.
Back to the topic.
Situasi yang saya hadapi kali ini berbeda. Saya ditempatkan pada satu lingkungan yang benar-benar tidak saya sukai. Banyak perokok, tempat yang kurang tertata rapih, kurang dalam beretika, sopan santun. Intinya Allah memberi saya kenikmatan yang 180 derajat jauh dari apa yang saya sukai.
Niat awal saya hanya mencari ilmu. Di tempat yang 24 jam nya sang guru bisa kita temui. Bahkan tidur satu atap dengan orang yang sangat dihormati. Tujuan saya hanya satu. Ilmu.
Namun memang Allah ingin memberikan yang lebih. Saya diuji dengan hal-hal tersebut. Mampukah saya untuk melewati ini ? Mampukah saya untuk menjadi seseorang yang bermanfaat untuk mereka ? Mampukah saya membantu mereka untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi ? Dari semua keterbatasan yang saya miliki, kurang lebih itulah yang mampu saya baca dari nikmat Allah ini.
Kehidupan yang sangat berbanding terbalik ini merupakan suatu jalan mencari ilmu yang mereka diluar sana tidak pahami.
Namun, dibalik semua titik kekurangan mereka. Terdapaat satu hal yang saya sukai. Hal tersebut terslip dalam keburukan. Benar-benar Allah menyuruh untuk membaca. Ya Allah. Baca Fan baca. Setiap peristiwa Allah suruh memaknainya. Itu lih nikmat yang tidak semua orang bisa rasakan. Itu loh nikmat yang dulu tidak terpikirkan. Itu loh kenapa dulu kamu jadi seperti itu. Allah sekali lagi dan terus menerus mengingatkan. Allah Sang Maha Pemilik.
Apa daya saya yang bodoh hanya mampu pada titik sekarang ini. Banyak hal yang belum sempat untuk saya baca. Banyak hal yang lalai untuk saya pahami. Saya lalai.
Tapi saya menyukai ini semua. Kasih sayang timbul secara perlahan kepada mereka. Ayolah adek-adek jangan jadi seperti kakak mu ini. Paling tidak kalian bisa melampaui satu titik diatas saya.
Saya yakin, dengan tidak mengedepankan kekerasa, membentak atau hal-hal diskriminasi mental lainnya mampu menjadikan mereka orang-orang yang lebih bermanfaat. Karena saya disini. Saya Fanisya Dwiyani. Ijinkan saya membaca dan memperbaiki. Saya hanya ingin menjadi seorang abdi. Yang bermanfaat untuk kalian dan Ilahi. Lillah ....
Syukron karena sudah mau membaca. Afwan jika ketidak jelasan terdapat pada beberapa konteks makna.

Mari merubah diri ke arah yang lebih baik lagi. Allah selalu bersama kita.

Komentar